Selamat Datang di KOIN

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum. ed ut perspiciatis unde omnis iste.

Sponsors

Sabtu, 16 April 2011

Seminar Pendidikan 2011

 Semenjak dicanangkannya dalam  Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000, MDGs (Millenium Development Goals) telah menjadi sebuah kebijakan penting pembangunan tiap negara yang terlibat. Bersama negara-negara lainnya, Indonesia yang juga ikut dalam program MDGs ini, telah menandatangi deklarasi sebagai bentuk komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015. Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dari delapan aspek utama yang hendak dicapai. Lalu sejauh manakah peran MDGs dalam memajukan pendidikan di tanah air kita?
             Berdasarkan ulasan masalah di atas, Pusat KOIN (Kajian Organisasi Internasional) termotivasi untuk mengadakan sebuah seminar pendidikan 2011 pada tanggal 25 Mei 2011 dengan mengangkat tema "MDGs dan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal : Mencerdaskan Kehidupan Bangsa?". Tema ini sangat relevan dalam mengkaji dan menelaah lebih jauh wajah pendidikan di negeri ini, apalagi bulan Mei menjadi momentum yang tepat dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional (hardiknas) sekaligus refleksi bersama dalam membangun pendidikan di Indonesia. Jatuh bangun pendidikan di tanah air tercinta ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab bersama.
        Guna mendukung pengkajian yang mendalam terkait tema tersebut, KOIN mengundang tiga pembicara yang sudah kompeten dalam dunia pendidikan. Sebagai pembicara pada seminar yakni Darmaningtyas; pengamat pendidikan, Ki Sutikno; pamong Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa dan pengamat pendidikan, serta Ferry Widodo; aktivis pendidikan dan Ketua Umum Pimpinan Nasional Perjuangan Pemuda Indonesia.
       Sedangkan fasilitas yang disedikan panitia yakni sertifikat, seminar kit, coffee break dan lunch (makan siang). Untuk kontribusi peserta, mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta Rp 35.000 dan umum Rp 40.000.

Contact Person :
Dessy : 081952051330
Happy: 085244488668
koin.upnyk@yahoo.com

So, tunggu apalagi, buruan daftar sebelum terlambat.
Mari kita bangun pendidikan di tanah air tercinta ini.


Harapan Kami


by Marlin Salakory

Kami hanya rakyat biasa…
Berusaha hidup dalam kesederhanaan…
Bahkan terlalu sederhana kami arungi kehidupan ini…

Dalamkesederhanaanini,kamiberusahamencariharapan…
Yaharapanuntuklebihbaik…
Tahun 2000 terdengar sebuah seruan pengharapan…
Harapan untuk menuju hidup yang lebih baik…
Harapan untu kanak kami tidak lagi mengemis di jalanan…
Kami taklagi menahan perihnya rasa lapar…

Millenium Development Goals
Dapatkah kami taruhkanseluruhharapan kami padanya?
Tak muluk harapan kami…
Cukup jaminkan pendidikan bagi anak kami…
Kesehatan bagi istri dan anak kami…
Biarkan kukepulkan asap dapur rumahku…

11 tahun berlalu sejak harapan itu lahir…
Rasanya semua harapan masih menjadi harapan…
Kecewa?
Ya kami kecewa,namun kami akan terus berjuang…
Kami ingin tetap berjuang di luar bayang semu harapan itu…

Secarik Pendidikan Kita

            Adanya MDGs di Indonesia dinilai belum bisa dikatakan efektif untuk pendidikan di Indonesia. Delapan tujuan MDGs yang memuat : 1) penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3) kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) mengurangi angka kematian bayi, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) melawan HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain, 7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, 8) kemitraan untuk pembangunan. Dari ke delapan tujuan tersebut salah satu prioritas yang harus dijalankan bagi Indonesia adalah menuntaskan tercapainya target pendidikan dasar untuk semua masyarakat Indonesia mengenai pemerataan pendidikan dasar dengan menargetkan pada tahun 2015 semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, akan dapat menyelesaikan pendidikan dasar, tidak ada lagi yang putus sekolah.
           Adapun program pemerintah yang mencanangkan program pemerataan pendidikan. Program Wajib Belajar 9 tahun adalah salah satu bentuk usaha pemerintah Indonesia dalam mewujudkan pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara. Penulis berasumsi bahwa program pendidikan pemerintah wajib belajar 9 tahun belum dapat dikatakan berhasil. Dalam arti, banyak anak yang putus sekolah karena biaya mahal dan jarak untuk mendapatkan pendidikan yang jauh sehingga menambah score banyaknya anak yang putus sekolah dan berujung pada kegagalan karena tidak mendapat pendidikan yang semestinya didapat. Selain itu program pemerintah yaitu Beasiswa harusnya mampu membantu program MDGs supaya dapat terpenuhi. Tapi realita berkata lain, beasiswa telah dipersalahgunakan yang mana pada dasarnya beasiswa diperuntuk buat orang tidak mampu tapi kini kalangan orang kaya juga ikut menikmatinya. Jelas ini berbanding terbalik dengan hal yang semestinya.
Jelas sekali ironi pendidikan kita yang terjadi saat ini, mengingat pendidikan merupakan kebutuhan utama untuk mewujudkan masyarakat yang berpotensi dan maju. Pendidikan yang sebagai arti upaya untuk memenuhi dan mengembangkan potensi diri seseorang suaya memiliki budi pekerti yang luhur agar kelak mecapai tujuan sesuai dengan UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tapi sungguh ironis, yang terjadi saat ini pendidikan sudah tidak lagi menjadi hal utama untuk menunjang kemampuan setiap warga Negara menjadi lebih baik dalam menghadapi dunia yang semakin mengglobal. Pemerintah cenderung selalu memperhatikan kepentingan politik yang selalu diutamakan, dan cenderung selalu tidak mengoptimalkan apa yang sedang terjadi dengan pendidikan dalam negeri. Padahal pendidikan adalah hal utama untuk untuk menciptakan masyarakat yang berintelektual yang baik. Tapi nyatanya tidak, pendidikan kita dihadapkan pada berbagai dilema yang sulit dipecahkan. Dalam perkembangnya penulis menilai bahwa pendidikan lewat media sekolah tidak lagi menjadi penanaman nilai-nilai kemanusiaan. Sekolah menjadi “penjara” yang memisahkan nak didik dari dinamika persoalan masyarakat. Dalam arti, semakin lama seseorang bersekoah, semakin besar jarak antara dirinya dan realitas kehidupan yang sebenarnya. Sistem pendidikan yang tidak dialogis juga telah menyebabkan bakat dan kreatifitas yang dimiliki seseorang tidak bisa berkembang dengan baik. Penulis menilai bahwa pendidikan saat ini tidak lagi menjadi sarana dalam mencapai dan memajukan kualitas sumber daya yang dimiliki setiap orang, melainkan menjadi tempat seseorang untuk diarahkan dan didesain menurut pola yang sudah baku.
           Menurut penulis, ada tiga hal pokok yang harus diutamakan pemerintah dalam rangka untuk menciptakan kematangan dalam menciptakan mutu pendidikan yang maju yaitu, yang pertama adalah memajukan pendidikan, yang kedua menumpaskan kemiskinan, dan yang ketiga menciptakan kesehatan. Penulis berasumsi bahwa tiga ini merupakan inti penting dalam mencapai pemenuhan target MDGs. Penulis mengasumsikan bahwa pendidikan, kemiskinan, dan kesehatan seperti roda yang terus berputar. Dalam arti begini, apabila pendidikan dapat dipenuhi target dan kualitasnya maka tidak akan menutup kemungkinan untuk timbulnya orang-orang yang berpendidikan serta orang yang mengerti akan kehidupan sosial sehingga terhindar dari kebodohan yang mana kebodohan ini akan menjadi menjadi akar kemiskinan, mengingat kemiskinan akan mematikan pergerakan untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuan. Dalam arti, kemiskinan akan membuat seseorang tidak dapat mencapai pemenuhan hidup yang lebih baik. Misalnya tidak tercapainya pemenuhan gizi yang baik akibat minimnya ekonomi untuk membeli barang yang memiliki kandungan gizi yang baik. Sehingga mau tidak mau seseorang akan memenuhi kebutuhan pangannya dengan sesuatu yang “memiliki kandungan gizi yang kurang”. Dengan keadaan yang seperti ini jelas akan menimbulkan nilai kesehatan yang rendah terhadap seseorang tersebut akibat pemenuhan gizi yang kurang baik yang telah dikonsumsi oleh seseorang itu.
             Dan wajar saja jika ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan yang minim disediakan dan kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap pemerintah menyebabkan tumbuhnya kebodohan pada masyarakat yang berimbas pada kemiskinan. Dan akibat dari kemiskinan itu timbul pola hidup yang tidak sehat sehingga nilai kesehatan menjadi menurun akibat tidak terpenuhi gizi yang baik dalam masyarakat. Dan bagaimana akan timbul generasi yang intelek dan berpendidikan jika masyarakat miskin dan tidak sehat, akibat pendidikan yang tidak kondusif untuk dijalankan. Dan ini akan terus menjadi roda yang terus berputar dalam dimensi kehidupan masyarakat kita jika pendidikan kita tidak dievolusi yang secara signifikan dan tidak manejemen dengan baik oleh orang-orang diatas sana.

Jumat, 15 April 2011

Lingkungan Bersih (Verly)


Echa dan Verly
Indonesia sebagai negara megabiodeversity memegang peran yang sangat penting dipermukaan bumi ini. Setiap saat 240 warga Indonesia berkontribusi langsung baik positif maupun negatif dan lebih terhadap perubahan lingkungan. Dan, lebih dari setengahnya adalah anak-anak. Anak-anak merupaka generasi penerus yang akan menentukan baik dan buruknya kualitas lingkungan Indonesia.
Seperti kata-kata bijak: “Jika ingin melihat masa depan suatu bangsa,lihatlah generasi mudanya”, kita sebagai generasi muda,pastinya tidak mau kalau negara kita memiliki masa depan yang buruk, maka kita harus peduli terhadap lingkungan kita.

Hehehe,,,,pasti ada yg bertanya-tanya,apa hubungannya dengan lingkungan,,,,,????
Hmmmm,,,,pastinya  ada donk,,,,!!!!!

Saat ini, kualitas lingkungan Indonesia memasuki masa kritis kerusakan hutan, polusi, pemanasan global, dan hilangnya sumber daya laut. Keadaan lingkungan sudah tidak  lagi  bersahabat dengan manusia. Buktinya banyak bencana yang terjadi seperti banjir, gempa, dan bencana lainnya. Suara dari para generasi muda merupakan suatu harapan  akan masa depan lingkungan hidup Indonesia yang lebih baik.
Namun, kenyataannya banyak orang yang tidak sadar dan peduli dengan keadaan lingkungan yang sudah rusak. Orang hanya akan peduli terhadap lingkungan kalau bencana sudah terjadi. Maka, sebagai generasi muda yang peduli terhadap lingkungan, kita harus memperhatikan masalah ini. Kita harus berusaha untuk mencegah agar lingkungan kita yang sudah rusak tidak menjadi lebih rusak lagi. Sekurang-kurangnya dengan memperhatikan lingkungan di sekitar kita.
Kita harus tunjukan pada semua orang bahwa kita peduli pada lingkungan juga, dan mau memperbaiki kerusakan yang sudah ada. Kalau bukan kita yang peduli siapa lagi yang akan peduli dengan lingkungan,,,,,?????

Hari Pangan Sedunia dan Kesejahteraan Petani (Claudia Djenadut)

          Mungkin banyak di antara kita yang berpikir bahwa makanan atau pangan adalah sesuatu yang biasa saja sebab hal itu sangat dekat dengan kehidupan kita. Tetapi, hari pangan sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober seolah membuat kita semua tersadar bahwa makanan atau pangan adalah sesuatu yang sangat berguna, sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Siapakah yang bekarja keras secara langsung dibalik semua itu? Tentu saja para petani.
          Pemanasan global yang terjadi saat ini ikut mempengaruhi ilkim dan cuaca. Perubahan musim hujan dan kemarau semakin tidak menentu. Sudah tentu hal ini membuat para petani bingung, bagaimana menentukan pola tanam. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Chanel (IPCC) setiap kenaikan suhu 2 derajat Celcius akan menurunkan produksi pertanian 30 % di China dan Bangladesh pada 2050. Masalahnya adalah dampak keadaan tersebut tidak dibagi secara merata. Rakyat miskin di negara miskin akan semakin miskin akibat ketergantungan mereka akan sumber daya alam yang terus berubah-ubah sesuai dengan perubahan iklim. Dalam kondisi demikian, dunia diempas krisis pangan.
          Meskipun msalah ini membuat para petani kebingungan, tetapi hal ini tidak menyurutkan niat mereka untuk terus bekarja, memproduksi makanan pokok bagi semua yang mengkonsumsinya. Namun apakah para petani sudah diberikan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan kerja keras mereka? Sampai saat ini bisa dikatakan bahwa hal itu belum terlaksana, hampir di seluruh negara berkembang. Petani seperti dianaktirikan oleh pemerintah, bahkan oleh masyarakat yang mengkonsumsi apa yang telah mereka produksi.       
         Lewat pendiktean IMF dan Bank Dunia, investasi di sektor pertanian disunat, dialihkan ke led-export production. Lembaga produksi tidak tertarik untuk membantu peningkatan produksi pangan tetapi justru mendorong peningkatkan komoditas ekspor. Dana kerja sama pembangunan dari negara maju untuk negara berkembang naik dari 20 miliar dolar AS (1980) menjadi 100 miliar dolar AS (2007), tetapi pada saat yang sama dana untuk pertanian turun dari 17 miliar dolar AS menjadi 3 miliar dolar AS (Via Campesina, 2008). Bisa dikatakan bahwa petani, oleh kebanyakan masyarakat, dianggap sebagai sebuah pekerjaan rendahan.
Hal ini sudah cukup membuktikan bahwa kesejahteraan petani dan pertanian sangat tidak diperhitungkan. Padahal kalau mau dibandingkan dengan semua itu, petani dan pertanianlah yang seharusnya lebih menjadi prioritas. Mengingat apa yang sudah mereka kerjakan, petani seharusnya mendapat kesejahteraan, sehingga membuat mereka tetap bisa melakukan pekerjaan mereka dengan baik.
             Pertanian juga seharusnya menjadi prioritas sebab pertanian yang sehat akan membuat pencapaian terhadap ketahanan pangan semakin mudah. Dengan adanya ketahanan pangan, krisis pangan dunia akan lebih mudah diatasi. Pemerintah sebaiknya menjamin akses petani atas tanah (reforma agraria), air, dan bibit lokal unggul. Dengan demikian petani dan pertanian akan semakin maju dan mungkin dengan cara seperti ini dapat mambantu mengatasi krisis pangan dunia.
             Hari pangan sedunia juga mengingatkan kita akan jasa dari para petani dan membuat kita semakin lebih memperhatikan kesejahteraan para petani. Oleh karena itu, mari memperhatikan petani-petani kita.

REFERENSI
http://komunitasrakyattani.blogspot.com/2009/10/hari-pangan-sedunia-dan-kemandirian.html

image :  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEF-CTR15ppgiPinmmpIght7fr9JgDvd_pGtZGCUPnxR-chrEQjG2eWuylVkRnW2-2e94OwzKtbQj7709YiwhhECQ0Ti8xXuvS7M0Z8tC4Z2x83QEoSIu-9cvQN5C_E2bX5-7NaGpS1qY/s320/hari_pangan.jpg

Jumat, 08 April 2011

Box

           Berpikir global, bertindak lokal merupakan adagium yang pernah didendangkan pada waktu KTT Bumi Rio de Janeiro, Brasil, Juni 1992 ini menyajikan realitas bahwa masyarakat dunia dihadapkan pada situasi dunia yang dilematis antara upaya mengatasi perubahan iklim dalam dimensi global dan mendukung pembangunan berkelanjutan yang berpihak pada lingkungan di tataran lokal. Negara-negara berkembang yang berada dalam tahap pembangunan ekonomi berada dalam situasi sulit karena daya dukung lingkungan semakin merosot. 
             Apabila pembangunan ekonomi yangdigenjot dengan pemakaian energi yang berlebihan, deforestasi, pembentukan gurun, pembuangan emisi karbon yang jauh berada di ambang batas maka dunia berada di garis depan menuju kehancuran. Negara-negara maju cenderung cuci tangan dalam upaya mengatasi dampak pemanasan global yang berujung pada degradasi lingkungan dan perubahan iklim sehingga negara-negara berkembang lebih banyak menanggung akibatnya. Posisi dilematis yang berat sebelah ini membuat negara-negara berkembang menjadi sulit membangun perekonomiannya agar bisa menjadi negara yang maju dan lebih banyak berkonsentrasi pada upaya mengatasi kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh negara-negara maju.
Aris Ceme Nuwa

               Oleh karena itu, perlu ada upaya serius yang harus dilakukan oleh negara-negara maju dan negara berkembang serta implementasi komitmen yang tegas terhadap upaya mencegah kerusakan lingkungan, degradasi lingkungan, dan membangun tatanan dunia yang berpihak pada lingkungan hidup.

Redaksi










Photo : koleksi pribadi